Rabu, 08 Mei 2019

Kesenian Sisingaan



Kesenian Sisingaan merupakan bentuk ungkapan rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada pihak penjajah. Perwujudan dari rasa ketidaksenangan tersebut digambarkan dalam bentuk sepasang sisingaan, yaitu melambangkan kaum penjajah Belanda dan Inggris. Kedua Negara penjajah tersebut menindas masyarakat Subang, yang dianggap bodoh dan dalam kondisi miskin, sehingga para seniman berharap suatu saat nanti generasi muda harus bisa bangkit, mengusir penjajah dari tanah air dan masyarakat bisa menikmati kehidupan yang sejahtera.

Kesenian sisingaan juga merupakan kesenian tradisional masyarakat Subang yang bersifat helaran dan bentuk arak-arakan, pada waktu khitanan. Namun pada masa sekarang kesenian sisingaan digunakan pula pada acara-acara khusus, seperti penyambutan tamu, hari-hari besar nasional, ulang tahun lembaga atau daerah. Dalam kesenian ini terdapat unsur seni tari, seni karawitan, seni sastra dan seni rupa.

Istilah sisingaan itu sendiri diambil dari kata singa, Meskipun binatang singa tidak terdapat di daerah sunda, tetapi kata singa sudah dikenal oleh masyarakat sunda. Hal ini dapat ditelusuri dari beberapa nama yang menggunakan kata singa, seperti: Singapura dan Jasinga yang sekarang merupakan nama tempat yang terdapat di Jawa Barat. Kemudian nama kereta Singa Barong yang sekarang merupakan peninggalan dari keraton kasepuhan Cirebon.

Ada beberapa istilah lain yang digunakan masyarakat Subang untuk kesenian sisingaan, jauh sebelum para perumus membakukan istilah yang disepakati pada pertemuan seminar pada tahun 1988. Istilah-istilah yang dimaksud antara lain: Pergosi (Persatuan Gotong Singa), Odong-Odong (Alat usungan), dan Singa Depok (mengambil istilah dari gerakan pengusung sisingaan, yaitu melakukan gerakan depok yang mengandung pengertian duduk). Sampai saat ini, kesenian sisingaan sebagai hasil perumusan seminar masih tetap dipakai masyarakat Subang. Sementara istilah-istilah lain dari luar istilah kesenian sisingaan masih dipakai di daerah tertentu saja. 


Sejarah Sisingaan

            Sejarah asal-usul Sisingaan mulai muncul pada saat kaum penjajah menguasai Subang. Yakni pada masa pemerintahan Belanda tahun 1812. Kabupaten Subang pada saat itu dikenal dengan Doble Bestur, dan dijadikan kawasan perkebunan di bawah perusahaan P&T Lands (Pamanoekan en Tjiasemlanden).

Pada saat Subang di bawah kekuasaan Belanda, masyarakat setempat mulai diperkenalkan dengan lambang Negara Belanda yakni Crown atau mahkota kerajaan. Dalam waktu yang bersamaan daerah Subang juga di bawah kekuasaan Inggris, yang memperkenalkan lambang negaranya yakni singa. Sehingga secara administratif daerah  Subang terbagi menjadi dua bagian, yakni secara politis dikuasai Belanda dan secara ekonomi dikuasai oleh Inggris.

Masyarakat Subang saat itu mendapatkan tekanan secara politis, ekonomis, social, dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Namun masyarakat tidak tinggal diam, mereka melakukan perlawanan, perlawanan tersebut tidak hanya berupa perlawanan fisik, namun juga perlawanan yang diwujudkan dalam bentuk kesenian. Bentuk kesenian tersebut mengandung Silib (yakni pembicaraan yang tidak langsung pada maksud dan tujuan), Sindir (ironi atau sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan), Siloka (kiasan atau melambangkan), Sasmita (contoh cerita yang mengandung arti atau makna).

Dengan demikian masyarakat Subang bias mengekspresikan atau mewujudkan perasaan mereka secara terselubung. Melalui sindiran, perumpamaan yang terjadi atau yang menjadi kenyataan pada saat itu. Salah satu perwujudan atau bentuk ekspresi masyarakat Subang, dengan menciptakan salah satu bentuk kesenian yang kemudian dikenal dengan nama Sisingaan.

            Musik pengiring sisingaan pada awalnya cukup sederhana, antaralain kendang indung (2 buah), kulanter, boning (ketuk), tarompet, goong, kempul, kecrek. Karena sisingaan merupakan pertunjukan helaran, music pengiringnya dimainkan sambil berdiri, digotong dan diikatkan pada tubuh penabuhnya. Dalam perkembangan sisingaan selanjutnya, disertakan pula juru kawih dengan lagu-lagu, baik vocal maupun instrumental, antara lain lagu keringan, lagu kidung, lagu titipatipa, lagu gondang, lagu kasreng, lagu-lagu selingan (siyur, tepang sono, awet rajet, serat salira, madu dan racun, pria idaman, goyang dombret, waru doyong dan lain-lain), lagu gurudugan, lagu mapay roko atau marsan (sebagai lagu penutup). Lagu-lagu dalam sisingaan tersebut diambil dari lagu-lagu kesenian ketuk tilu, doger dan kliningan.

Ada beberapa makna yang terkandung dalam seni pertunjukan sisingaan, antara lain: Makna sosial,masyarakat Subang percaya bahwa jiwa kesenian rakyat sangat berperan dalam diri mereka, seperti egaliter, sponta, dan rasa memiliki terhadap setiap setiap jenis seni rakyat yang muncul. Makna treaktikal, karena jika dikaji dari penampilannya sisingaan ini, tak diragukan lagi, sangat teatrikal, apalagi setelah berbagai variasi ditambahkan, seperti jajangkungan dan lain-lain. Makna komersial, Karena sisingaan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, maka munculah puluhan bahkan ratusan kelompok sisingaan dari berbagai desa untuk ikut serta dalam festival. Mereka melihat hal ini, karena pemenang festival akan mendapatkan peluang bisnis yang menggiurkan, sama halnya dengaan seni Bajidoran . Makna universal, Karena di setiap etnik dan bangsa seringkali seringkali di jumpai pemujaan terhadap binatang singa (terutama Eropa dan Afrika). Meskipun di Jawa barat tidak terdapat habitat singa, Namun dengan konsep kerakyatan, dapat saja singa muncul bukan dihabitatnya namun diterima sebagai miliknya. Ini terbukti pada kasus sisingaan. dan makna spiritual, karena sisingaan dipercayai oleh masyarakatnya (penanggapnya atau penyelenggara­) untuk memperoleh keselamatan (salametan) atau syukuran.


Penulis  : Rere Lailatus Sholiha
Nim      : 18123027
Sumber : 1. Perpustakaan ISBI Bandung :Skripsi Nunung Haryana (STSI 1998) Tarompet Sisingaan ( Suatu Tinjauan Deskriptif ), Dalam buku berjudul Desikripsi Kesenian Jawa Barat ( Ganjar & Arthur S.Nalan ).
Dokumentasi : Mochammad Viqie.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih infonya min semoga bermanfaat🙏