Tembang
Sunda Cianjuran
Latara
belakang Tembang Sunda Cianjuran merupakan
salah satu jenis kesenian tradisional sunda yang telah tumbuh dan berkembang
cukup lama ditanah sunda terutama masyarakat Cianjur dan sampai saat ini menganggapnya
Cianjuran itu lahir dan berkembang dipedalaman Cianjur Tembang Sunda Cianjuran
memiliki ciri khas menggunakan Bahasa sunda yang halus dan berkembang pula yang
dikenal dengan sebutan mamaos merupakan suatu jenis suara yang pada mulanya
diperuntukan terbatas bagi para menak. Tembang adalah jenis suara yang iramanya
bebas (merdika) walau dikatakan bebas tembang masih terikat oleh aturan - aturan
yang ditentukan oleh bentuk - bentuk pupuh tembang liriknya termasuk kedalam
bentuk pupuh guguritan yaitu yang telah mempunyai ikatan puisi tertentu termasuk
bentuk - bentuk perpantunan Tembang Sunda Cianjuran pada umumnya menggunakan
alat musik pengiring terdiri dari kacapi indung, suling, kacapi rincik dan
rebab. Istilah wanda dalam Cianjuran terbagi dalam lima wanda yaitu papantunan,
dedegungan, jejemplangan, rarancagan dan panambih. Kakawen diterima sebagai
bagian dari Tembang Sunda Cianjuran wanda kakwen sejak tahun 20-Han telah hidup
dalam iringan hitam melalui suara juru mamaos RD.Ihot dan RD. Sanusi
wanda-wanda tersebut sengaja diberikan untuk membedakan bentuk dan alunan
lagunya sejalan dengan bahan dasar proses awal pembentukan penciptanya.
Papantunan
Kelompok
lagu wanda-wanda papantunan sering disebut dengan lagu-lagu padjadjaran
lahirnya lagu papantunan dikarenakan oleh jangkar asar sumber mulai terlihat
perwujudanya yaitu dari pentasan seni pantun dahulu pantun menggunakan kacapi
perahu dan laras yang digunakan adalah surupan pelog .
Rarancagan
Seni
tembang rancag di cianjur yaitu tatkala cianjur di perintah oleh bupati Enoh.
Tembang rancag yaitu lagu-lagu dasar yang berlaku umum untuk melakukan setiap
lagu pupuh yang hidup disunda katarancagan merupakan yang berarti seperti yaitu
seperti halnya tembang rancag.
Dedegungan
Dedegungan
berdasarkan pada wanda lagunya yaitu mengalun agung seperti alunan lagu degung.
Adapun puncak ciptaanya dedegungan dapat dipastikan bukan terjadi ppada masa
pancaniti melainkan tatkala Cianjur dibawah bupati R.A.A Prawira Direja II
putra dalem Pancatini yang menjadi buah hati 1864 – 1910.
Jejemplangan
Jejemplang
yang kemudian diulang menjadi jemplang jempling hal ini dihubungkan dengan cara
penyajianya bahwa lagu wanda jejemplangan biasanya disajikan pada waktu
menjelang tengah malam saat suasana lagi hening
Kakawen
Kakwen
paling digunakan hanya lagu sebrakan penamaan kakawin itu mungkin saja hanya
istilah penulis sendiri. Lagu - lagu kakawen menggunakan dua laras yaitu
salendro dan pelog.
Lagu panambih
Lagu
panambih lagu- lagu yang berirama tandak lagu ini digunakan sebagai pengisi
waktu luang disaat penembang sedang beristirahat namun kini panambih telah
menjadi bagian penting didalam penyajian tembang sunda Cianjuran dan senantiasa
disajikan setelah selesai menyajikan lagu-lagu mamos.
Dalam
perkembangan seni tembang sunda Cianjuran terdapa beberapa masalah yang dialami
diantaranya kurang adanya upaya mengunggah dan mempertahankan tembang sunda Cianjuran
sebagai seni warisan leluhur kita serta generasi muda yang kurang tertarik
mengenal lebih dalam tentang tembang sunda ituh sendiri sehingga kemungkinan
jika tidak ditangani Tembang Sunda Cianjuran perlahan akan dilupakan karena
bagaimanapun generasi muda berperan penting dalam perkembangan Tembang Sunda
Cianjuran untuk Kedepanya.
Penulis
: Lathifah Shafiyyah
Nim
: 18123006
Sumber
: dari buku skripsi Elis Rosliani
Dokumentasi
: Joejoen hadie soewanda , sebagai pamirig
Tidak ada komentar:
Posting Komentar