Senin, 20 Mei 2019

Kesenian Tembang Sunda Cianjuran

Tembang Sunda Cianjuran



Latara belakang Tembang Sunda Cianjuran  merupakan salah satu jenis kesenian tradisional sunda yang telah tumbuh dan berkembang cukup lama ditanah sunda terutama masyarakat Cianjur dan sampai saat ini menganggapnya Cianjuran itu lahir dan berkembang dipedalaman Cianjur Tembang Sunda Cianjuran memiliki ciri khas menggunakan Bahasa sunda yang halus dan berkembang pula yang dikenal dengan sebutan mamaos merupakan suatu jenis suara yang pada mulanya diperuntukan terbatas bagi para menak. Tembang adalah jenis suara yang iramanya bebas (merdika) walau dikatakan bebas tembang masih terikat oleh aturan - aturan yang ditentukan oleh bentuk - bentuk pupuh tembang liriknya termasuk kedalam bentuk pupuh guguritan yaitu yang telah mempunyai ikatan puisi tertentu termasuk bentuk - bentuk perpantunan Tembang Sunda Cianjuran pada umumnya menggunakan alat musik pengiring terdiri dari kacapi indung, suling, kacapi rincik dan rebab. Istilah wanda dalam Cianjuran terbagi dalam lima wanda yaitu papantunan, dedegungan, jejemplangan, rarancagan dan panambih. Kakawen diterima sebagai bagian dari Tembang Sunda Cianjuran wanda kakwen sejak tahun 20-Han telah hidup dalam iringan hitam melalui suara juru mamaos RD.Ihot dan RD. Sanusi wanda-wanda tersebut sengaja diberikan untuk membedakan bentuk dan alunan lagunya sejalan dengan bahan dasar proses awal pembentukan penciptanya.

Papantunan

Kelompok lagu wanda-wanda papantunan sering disebut dengan lagu-lagu padjadjaran lahirnya lagu papantunan dikarenakan oleh jangkar asar sumber mulai terlihat perwujudanya yaitu dari pentasan seni pantun dahulu pantun menggunakan kacapi perahu dan laras yang digunakan adalah surupan pelog .
Rarancagan

Seni tembang rancag di cianjur yaitu tatkala cianjur di perintah oleh bupati Enoh. Tembang rancag yaitu lagu-lagu dasar yang berlaku umum untuk melakukan setiap lagu pupuh yang hidup disunda katarancagan merupakan yang berarti seperti yaitu seperti halnya tembang rancag.
Dedegungan

Dedegungan berdasarkan pada wanda lagunya yaitu mengalun agung seperti alunan lagu degung. Adapun puncak ciptaanya dedegungan dapat dipastikan bukan terjadi ppada masa pancaniti melainkan tatkala Cianjur dibawah bupati R.A.A Prawira Direja II putra dalem Pancatini yang menjadi buah hati 1864 – 1910.
Jejemplangan

Jejemplang yang kemudian diulang menjadi jemplang jempling hal ini dihubungkan dengan cara penyajianya bahwa lagu wanda jejemplangan biasanya disajikan pada waktu menjelang tengah malam saat suasana lagi hening
Kakawen

Kakwen paling digunakan hanya lagu sebrakan penamaan kakawin itu mungkin saja hanya istilah penulis sendiri. Lagu - lagu kakawen menggunakan dua laras yaitu salendro dan pelog.

Lagu panambih

Lagu panambih lagu- lagu yang berirama tandak lagu ini digunakan sebagai pengisi waktu luang disaat penembang sedang beristirahat namun kini panambih telah menjadi bagian penting didalam penyajian tembang sunda Cianjuran dan senantiasa disajikan setelah selesai menyajikan lagu-lagu mamos.

Dalam perkembangan seni tembang sunda Cianjuran terdapa beberapa masalah yang dialami diantaranya kurang adanya upaya mengunggah dan mempertahankan tembang sunda Cianjuran sebagai seni warisan leluhur kita serta generasi muda yang kurang tertarik mengenal lebih dalam tentang tembang sunda ituh sendiri sehingga kemungkinan jika tidak ditangani Tembang Sunda Cianjuran perlahan akan dilupakan karena bagaimanapun generasi muda berperan penting dalam perkembangan Tembang Sunda Cianjuran untuk Kedepanya.

Penulis : Lathifah Shafiyyah
Nim : 18123006
Sumber : dari buku skripsi Elis Rosliani
Dokumentasi : Joejoen hadie soewanda , sebagai pamirig


Tidak ada komentar: