Minggu, 19 Mei 2019

Keseanian Kuda Renggong


Kesenian Kuda Renggong

            Kesenian Kuda Renggong merupakan salah satu kesenian Traditional yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat kabupaten Sumedang, dengan menyandang fungsi sebagai sarana upacara khitanan, gusaran, dan penyambutan tamu. Dalam fungsinya sebagai sarana upacara khitanan, kesenian Kuda Renggong ini pada awalnya digunakan untuk mengarak pengantin sunat menuju ke pemandian. Namun pada pemandian saja tapi sudah dijadikan seni hiburan baik hiburan pada pesta sunatan maupun pada penyambutan tamu pada umumnya.

            Pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, berupa sebuah arak-arakan yang di dalamnya mencakup unsur seni tari, baik gerak tari kuda maupun gerak tari manusia, seni musik dan busana. Pada penyajian dari kesenian tradisional ini terbagi atas tiga bagian. Pertama diwujudkan dalam pembukaan, kedua diwujudkan dalam sebuah helaran atau arak-arakan, dan ketiga diwujudkan dalam penutup dengan diadakannya atraksi Kuda Silat atau Nyarayuda.

            Kesenian Kuda Renggong perkembangannya mengalami tiga periode. Pertama merupakan awal kelahiran kesenian Kuda Renggong beserta pengiringannya dan tahap penjajakan, kedua menuju kepada kesempurnaan denga nada beberapa perubahan pada pendukungnya baik musik pengiring, gerak tari maupun properti. Ketiga dapat dikatakan mapan, namun pada periode ketiga ini adanya penggabungan musik pengiring kesenian Kuda Renggong yang khas Sunda dengan alat musik Barat yang dipergunakan untuk lagu-lagu Sunda. Dengan adanya alat musik barat perlu dianalisis tentang upaya penyelarasan alat peluluhan nadanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui  perubahan-perubahan pada waditranya dan peluluhan nada apakh mendekati kesumbangan atau tidak? Ternyata setelah dianalisis bahwa pada dasarnya waditranya mengalami perubahan dan peluluhan nadanya ternyata lebih dominan sumbang.


            Pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan setelah anak sunat selesai diupacarai dan diberi doa, lalu dengan berpakaian wayang tokoh Gatotkaca, pangeran pakaian khas sunda dengan ciri menggunakan bendo(sejenis topi mirip blangkon, putri kerajaan penunggang perempuan di dandani layaknya putri raja ada juga pakaian yang mewakilkan budaya baru seperti peri bersayaplayaknya dongeng dari negri barat, dinaikan ke atas kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling, mengelilingi desa.
            Musik pengiring dengan penuh semangat mengiringi sambung menyambung dengan tembang-tembang yang dipilih, antara lain KalekedMojang GeulisRayak-rayakOle-ole BandungKembang BeureumKembang GadungJisamsu, dll. Sepanjang jalan Kuda Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak-anak, juga remaja desa, bahkan orang-orang tua mengikuti irama musik yang semakin lama semakin meriah. Panas dan terik matahari seakan-akan tak menyurutkan mereka untuk terus bergerak menari dan bersorak sorai memeriahkan anak sunat. Kadangkala diselingi dengan ekspose Kuda Renggong menari, semakin terampil Kuda Renggong tersebut penonton semakin bersorak dan bertepuk tangan. Seringkali juga para penonton yang akan kaul dipersilahkan ikut menari.
            Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak sunat, biasanya dengan lagu Pileuleuyan (perpisahan). Lagu tersebut dapat dilantunkan dalam bentuk instrumentalia atau dinyanyikan. Ketika anak sunat selesai diturunkan dari Kuda Renggong, biasanya dilanjutkan dengan acara saweran (menaburkan uang logam dan beras putih) yang menjadi acara yang ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak desa.

Penulis : Azhar Hidayat
Nim :18123042
Sumber : Skripsi Kesenian Kuda Renggong yang disusun oleh Memed Ruswandi.
Dokumentasi : Muhammad Fariq

Tidak ada komentar: