Jumat, 31 Mei 2019

Kesenian Tarawangsa


TARAWANGSA




                Di daerah sunda terdapat alat musik gesek yang keberadaannya telah lama sekali,yaitu tarawangsa.Keberadaan tarawangsa lebih tua daripada rebab,alat gesek lainnya.Naskah kuna Sewaka Darma dari awal abad ke-18(atau sebelum abad 15M)telah menyebut alat tarawangsa sebagai alat musik.Rebab yang muncul ditanah Jawa setelah jaman islam,atau sekitar abad ke-15 dan 16 adalah adaptasi dari alat musik gesek bangsa Arab yang dibawa oleh kaum penyebar islam dari Arab dan India.Setelah kemunculan rebab,tarawangsa,biasa pula disebut rebab jangkung,karena ukurran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab.
                Tarawangsa adalah salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat istilah “tarawangsa”memiliki 2 pengertian sebagai alat musik gesek yang memiliki 2 dawai dari kawat baja atau besi merupakan nama dari salahsatu jenis musik tradisional sunda.Sebagai alat musik gesek tarawangsa dimainkan dengan cara digesek.Akan tetapi yang digesek hanya 1 dawai yakni dawai yang paling dekat dengan pemain sedangkan dawai lainnya dimainkan dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri.Sebagai nama bagi salah satu jenis musik tradisional sunda,tarawangsa merupakan sebuah ensambel kecil yang terdiri dari sebuah tarawangsa dan sebuah alat petik 7 dawai menyerupai kecapi,yang disebut jentreng.
                Kesenian tarawangsa hanya ditemukan dibeberapa daerah tertentu di Jwa Barat,yaitu daerah Rancakalong(Sumedang),Cibalong,Cipatujah(Tasikmalaya Selatan),Banjaran(Bandung),dan Kanekes(Banten Selatan)dalam kesenian tarawangsa didaerah cibalong dan cipatujah selain digunakan 2 jenis alat tersebut juga dilengkapi dengan 2 perangkat calungrantay,suling,dan juga nyanyian.
                Alat musik tarawangsa dimainkan dalam laras pelog sesuai dengan untuk mengundang DEWI SRI.Sedangkan lagu-lagu pilihan atau lagu-lagu yang tidak termasuk dalam lagu pokok antara lain Sur,Mataraman,Iringan-iringan(Tonggeret),Jemplang,Limbangan,Bangun,Lalayaan,Keratonan,Degung,Sirnagalih,Buncis,Pengairan,Dengdo,Angin-angin,Reundeu,Pagelaran,Ayun ambing,Reundeu reundam,Kembang gadung,Onde,Legon(Koromongan),panglima.
                Lagu-lagu tarawangsa di Rancakalong berjumlah jauh lebih banyak daripada lagu-lagu tarawangsa di Banjaran dan Cibalong.Lagu-lagu tarawangsa di Banjaran anatara lain pangrajah,panimang,bajing luncat,pangapungan,bojong koso,cukleuk.Sementara lagu-lagu tarawangsa di Cibalong antara lain salancar,ayun,cipinangan,mulang,manuk hejo,kang kiyai,aleuy,dan pangungsi.
                Sebagai mana telah disinggung dimuka,alat musik pokok kesenian tarawangsa terdiri dari tarawanga dan jentreng.Menurut system klasifikasi Curt Sachs dan Hombostel,tarawangsa diklasifikasikan sebagai chordophone,subklasifikasi neck-lute,dan jentreng diklasifikasikan juga sebagai chordophone,subklasifikasi zither.Sedangkan jika dilihat dari acara memainkannya tarawangsa diklasifikasikan sebagai alat musik petik.Alat musik tarawangsa terbuat dari kayu Kananga,jengkol,dadap,atau muncang.Dalam ensambel tarawangsa berfungsi sebagai pembawa melodi memainkan lagu sedangkan jentreng berfungsi sebagai pengiring.
                Pemain tarawangsa hanya terdiri dari 2 orang 1 pemain tarawangsa dan 1 orang dan 1 orang pemain jentreng.Semua pemain tarawangsa terdiri dari laki-laki dengan usia 50-60 tahunan.Mereka semua adalah petani.Biasanya tarawangsa disajikan berkaitan dengan upacara padi misalnya dalam ngalaksa yang berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.Dalam pertunjukannya tarawangsa biasanya melibatkan para petani yang terdiri dari laki-laki dan perempuan mereka menari secara teratur mula-mula sayhu/saman(laki-laki)lalu disusul para penari perempuan mereka bertugas ngalungsurken DEWI SRI dan para leluhur.Kemudian hadirin yang ada disekitar tempat pertunjukan juga ikut menari tarian tarawangsa tidak terikat ole aturan-aturan pokok kecuali gerakan-gerakan khusus yang dilakukan oleh sayhu dan penari perempuan yang merupakan symbol pemhormatan kepada dewi padi.

Penulis : ArtEthnic Team
Dokumentasi : Azhar Hidayat
Sumber : Deskripsi kesenian Jawa Barat

Tidak ada komentar: