Sabtu, 04 Mei 2019

Kesenian Ronggeng Gunung

KESENIAN TRAGIS DARI CIAMIS
“ RONGGENG GUNUNG “



            Seperti yang telah dituliskan dalam judul, kesenian Ronggeng Gunung merupakan kesenian yang berasal dari kabupaten Ciamis. Tepatnya dari daerah Panyutran, Banjarsari, Munjul dan setelah adanya pemekaran dari kabupaten Ciamis yaitu adanya kabupaten Pangandaran pada 25 Oktober 2012 kesenian Ronggeng Gunung pun ikut menjadi kesenian dari kabupaten Pangandaran yaitu tepatnya daerah Cijulang.

            Ronggeng Gunung ada sejak tahun 1940-1950an. Seperti pada kesenian Ronggeng pada umumnya yaitu adanya Ronggeng atau penari Pperempuan yang menjadi ciri dari kesenian ini. Namun tahukah anda apa yang membedakan Ronggeng Gunung dari Ronggeng yang lainya ?. kesenian Ronggeng Gunung mumpunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh kesenian Ronggeng pada umunya. Diantara ciri khas dan pembeda dari kesenian Ronggeng ini yaitu terletak pada unsur penyajian dan garapanya yaitu erat kaitanya dengan unsur-unsur mistis. Diantara unsur mistis tersebut yaitu sebelum pergelaran Ronggeng Gunung dimulai maka harus diadakan sesajen yang mana isi dari sesajen tersebut adalah kue kering 7 macam dan 7 warna, pisang emas, sebuah cermin, sisir, dan sebatang rokok.

            Kesenian ini tidak terlalu berkembang dikarenakan banyak kesenian-kesenian dari luar yang masuk ke dalam negeri khususnya kesenian Sandiwara / Teater dan film. Namun pada saat perkembanganya ini, kesenian Ronggeng Gunung dicampuru oleh hal-hal yang tidak senonoh diantaranya seperti sang penari di pegang-pegang tangan, dicium, serta diraba oleh penari-penari laki-laki. Itu membuat seni Ronggeng Gunung ini akhirnya dilarang untuk ditampilkan pada tahun 1948. Namun pada tahun 1945 kesenian ini hidup lagi dengan adanya peraturan-peraturan baru diantaranya seperti tidak boleh bersentuhan antara penari perempuan dan penari laki-laki hal ini supaya meminimalisir hal-hal negatif.

            Terbentuknya kesenian ini yaitu menurut keterangan dari Latif Adiwidjaja, seorang budayawan Ciamis, bahwa pada zaman dahulu, di ujung Pananjung berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin seorang raja bernama Raden Anggalarang. Istri sang raja bernama Dewi Siti Samboja, yang disebut juga Dewi Rengganis. Namun kerajaan Galuh ini diserah tahtakan kepada ayah dari Dewi Siti Samboja. Pada suatu ketika terjadi kekacauan di kerajaan Galuh tersebut yang mengakibatkan suami dari Dewi Siti Samboja yaitu Raden Anggalarang ini terbunuh. Setelah itu datanglah Raden Sawung Galing datang menyelamatkan kerajaan tersebut. Sebagai tanda terimakasih  ayah dari Dewi Siti Samboja ( Raja Galuh) menikahkan putrinya yaitu Dewi Siti Samboja dengan Raden Anggalarang. Setelah sekian lama setelah mereka menikah maka diserah tahtakan kerajaan Galuh Kepada Raden Sawung Galing. Melihat seluruh isi kerajaan masih berduka dengan kepergian Raden Anggalarang maka, Raden Sawung Galing menciptakan tarian untuk menghibur seluruh penghuni dari kerajaan Galuh dengan penari-penarinya dipilih yang pandai menari bersuara bagus dan cantik.

            Isi dari pergelaran dari Ronggeng gunung ini yaitu menceritakan kesedihan Dewi Siti Samboja ditinggal sang suami, dan merupakan upaya untuk balas dendam kepada sang pembunuh suaminya. Ada juga yang menceritakan bahwa kesenian Ronggeng Gunung ini melambangkan kegiatan bertani Dewi Sri ( merupakan dewi padi menurut kepercayaan orang Sunda ).  Namun setelah perkembangan zaman kesenian ini tidak hanya untuk wilayah kerajaan saja tetapi mulai terbuka untuk dijadikan hiburan umum diantaranya sebagai hiburan pada pernikahan, Khitanan, pada panen raya dan sebagai pengantar upacara-upacara adat.

            Terdapat 6 sampai 10 orang pada setiap kelompok kesenian ronggeng Guning, namun terkadang pemainya bukan pemain tetap dari kelompok tersebut melaikan mengambil dari kelompok lain, diantaranya yaitu meminjam Sinden ( lulugu ) karena untuk menjadi sinden pada kesenian ini harus merupakan orang yang sudah berumur agak lanjut. Diatara sinden-sinden dari Ronggeng Gunung yang populer adalah Bi Raspi, beliau lahir di dusun Karang Gowok, Kabupaten Ciamis. Beliau mulai menggeluti dunia Ronggeng Gunung sejak 1972.

            Pada kesenian Ronggeng gunung tidak terlepas dari unsur pengiring atau alat musik untuk mengiringi kesenian ini diantara alat musiknya yaitu ketuk, goong dan kendang. Namun ada juga yang memakai satu set gamelan.

Diantara grup kesenian yang masih eksis diantaranya :

1. Panggugah Rasa ( pimpinan Bi Raspi )
2. Campaka Mekar
3.  Wirahma Laputra 2

Namun sangat disayangkan, kian hari Kesenian Ronggeng emakin sulit dijumpai dikarenakan kurang adanya dukungan dari pemerintah daerah mengenai kesenian ini, serta peminat dari kesenian Ronggeng Gunung ini semakin lama semakin menyusut.

SUMBER REFERENSI

Buku

1. Adeng et al. 2011. “Sejarah Ronggeng Gunung”. Bandung : BPNB Bandung.
2. Depdikbud Kabupaten Ciamis. 1998. “Pangandaran dan Ronggeng Gunung”. Ciamis : Seksi Kebudayaan Depdikbud Ciamis.

Jurnal dan Skripsi

1. Herawati, Yanti. 2005. “Ronggeng Gunung Ritual dan Spirit yang Menjadi Liminal” dalam jurnal panggung XXVIII.
2, Yuniawati, Yayu. 2009. “Perjalanan Ronggeng Gunung di Ciamis” Skripsi Bandung. FPBS UPI.

Dokumentasi Foto

1. Radiansyah Luthfi Fauzi. 5 Oktober 2019. Lokasi ISBI Bandung.

Penulis : Rizki Syaepul Nuhyidin
NIm     : 18123035

Tidak ada komentar: