KESENIAN TRAGIS DARI CIAMIS
“ RONGGENG GUNUNG “
Seperti
yang telah dituliskan dalam judul, kesenian Ronggeng Gunung merupakan kesenian
yang berasal dari kabupaten Ciamis. Tepatnya dari daerah Panyutran, Banjarsari,
Munjul dan setelah adanya pemekaran dari kabupaten Ciamis yaitu adanya
kabupaten Pangandaran pada 25 Oktober 2012 kesenian Ronggeng Gunung pun ikut
menjadi kesenian dari kabupaten Pangandaran yaitu tepatnya daerah Cijulang.
Ronggeng
Gunung ada sejak tahun 1940-1950an. Seperti pada kesenian Ronggeng pada umumnya
yaitu adanya Ronggeng atau penari Pperempuan yang menjadi ciri dari kesenian
ini. Namun tahukah anda apa yang membedakan Ronggeng Gunung dari Ronggeng yang
lainya ?. kesenian Ronggeng Gunung mumpunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh
kesenian Ronggeng pada umunya. Diantara ciri khas dan pembeda dari kesenian
Ronggeng ini yaitu terletak pada unsur penyajian dan garapanya yaitu erat
kaitanya dengan unsur-unsur mistis. Diantara unsur mistis tersebut yaitu
sebelum pergelaran Ronggeng Gunung dimulai maka harus diadakan sesajen yang
mana isi dari sesajen tersebut adalah kue kering 7 macam dan 7 warna, pisang
emas, sebuah cermin, sisir, dan sebatang rokok.
Kesenian
ini tidak terlalu berkembang dikarenakan banyak kesenian-kesenian dari luar yang
masuk ke dalam negeri khususnya kesenian Sandiwara / Teater dan film. Namun
pada saat perkembanganya ini, kesenian Ronggeng Gunung dicampuru oleh hal-hal
yang tidak senonoh diantaranya seperti sang penari di pegang-pegang tangan,
dicium, serta diraba oleh penari-penari laki-laki. Itu membuat seni Ronggeng
Gunung ini akhirnya dilarang untuk ditampilkan pada tahun 1948. Namun pada
tahun 1945 kesenian ini hidup lagi dengan adanya peraturan-peraturan baru
diantaranya seperti tidak boleh bersentuhan antara penari perempuan dan penari
laki-laki hal ini supaya meminimalisir hal-hal negatif.
Terbentuknya
kesenian ini yaitu menurut keterangan dari Latif Adiwidjaja, seorang budayawan
Ciamis, bahwa pada zaman dahulu, di ujung Pananjung berdiri sebuah kerajaan
yang dipimpin seorang raja bernama Raden Anggalarang. Istri sang raja bernama
Dewi Siti Samboja, yang disebut juga Dewi Rengganis. Namun kerajaan Galuh ini
diserah tahtakan kepada ayah dari Dewi Siti Samboja. Pada suatu ketika terjadi
kekacauan di kerajaan Galuh tersebut yang mengakibatkan suami dari Dewi Siti
Samboja yaitu Raden Anggalarang ini terbunuh. Setelah itu datanglah Raden
Sawung Galing datang menyelamatkan kerajaan tersebut. Sebagai tanda
terimakasih ayah dari Dewi Siti Samboja
( Raja Galuh) menikahkan putrinya yaitu Dewi Siti Samboja dengan Raden
Anggalarang. Setelah sekian lama setelah mereka menikah maka diserah tahtakan
kerajaan Galuh Kepada Raden Sawung Galing. Melihat seluruh isi kerajaan masih
berduka dengan kepergian Raden Anggalarang maka, Raden Sawung Galing
menciptakan tarian untuk menghibur seluruh penghuni dari kerajaan Galuh dengan
penari-penarinya dipilih yang pandai menari bersuara bagus dan cantik.
Isi
dari pergelaran dari Ronggeng gunung ini yaitu menceritakan kesedihan Dewi Siti
Samboja ditinggal sang suami, dan merupakan upaya untuk balas dendam kepada
sang pembunuh suaminya. Ada juga yang menceritakan bahwa kesenian Ronggeng
Gunung ini melambangkan kegiatan bertani Dewi Sri ( merupakan dewi padi menurut
kepercayaan orang Sunda ). Namun setelah
perkembangan zaman kesenian ini tidak hanya untuk wilayah kerajaan saja tetapi
mulai terbuka untuk dijadikan hiburan umum diantaranya sebagai hiburan pada
pernikahan, Khitanan, pada panen raya dan sebagai pengantar upacara-upacara
adat.
Terdapat
6 sampai 10 orang pada setiap kelompok kesenian ronggeng Guning, namun
terkadang pemainya bukan pemain tetap dari kelompok tersebut melaikan mengambil
dari kelompok lain, diantaranya yaitu meminjam Sinden ( lulugu ) karena untuk
menjadi sinden pada kesenian ini harus merupakan orang yang sudah berumur agak
lanjut. Diatara sinden-sinden dari Ronggeng Gunung yang populer adalah Bi
Raspi, beliau lahir di dusun Karang Gowok, Kabupaten Ciamis. Beliau mulai
menggeluti dunia Ronggeng Gunung sejak 1972.
Pada
kesenian Ronggeng gunung tidak terlepas dari unsur pengiring atau alat musik
untuk mengiringi kesenian ini diantara alat musiknya yaitu ketuk, goong dan
kendang. Namun ada juga yang memakai satu set gamelan.
Diantara grup kesenian yang masih eksis
diantaranya :
1. Panggugah Rasa ( pimpinan Bi Raspi )
2. Campaka Mekar
3.
Wirahma Laputra 2
Namun sangat
disayangkan, kian hari Kesenian Ronggeng emakin sulit dijumpai dikarenakan
kurang adanya dukungan dari pemerintah daerah mengenai kesenian ini, serta
peminat dari kesenian Ronggeng Gunung ini semakin lama semakin menyusut.
SUMBER
REFERENSI
Buku
1. Adeng et al. 2011. “Sejarah Ronggeng
Gunung”. Bandung : BPNB Bandung.
2. Depdikbud Kabupaten Ciamis. 1998.
“Pangandaran dan Ronggeng Gunung”. Ciamis : Seksi Kebudayaan Depdikbud Ciamis.
Jurnal dan Skripsi
1. Herawati, Yanti. 2005. “Ronggeng Gunung
Ritual dan Spirit yang Menjadi Liminal” dalam jurnal panggung XXVIII.
2, Yuniawati, Yayu. 2009. “Perjalanan
Ronggeng Gunung di Ciamis” Skripsi Bandung. FPBS UPI.
Dokumentasi Foto
1. Radiansyah Luthfi Fauzi. 5 Oktober
2019. Lokasi ISBI Bandung.
Penulis : Rizki Syaepul Nuhyidin
NIm : 18123035
Tidak ada komentar:
Posting Komentar