Senin, 20 Mei 2019

Kesenian Benjang


Kesenian Benjang
A.Sejarah Kesenian Benjang
  Seni benjang merupakan perkembangan seni terbangan yang dikenal oleh masyarakat Ujungberung pada tahun 1898-an. Bahkan salah satu tokoh kesenian benjang Abah Asep Bajir (pimpinan group Panca Komara) menyatakan bahwa kesenian benjang itu sudah dikenal oleh masyarakat Ujungberung pada abad ke 19. Kesenian ini kemudian tumbuh berkembang pada masyarakat tradisional agraris yang religius. Kemudian seni terbangan ini berkembang menjadi seni dogong yaitu permainan adu ketangkasan yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang biasa di pakai sebagai penumbuk padi atau masyarakat sunda menyebutnya halu. Seni dogong ini mengalami perubahan sebutan menjadi seni seredan.
  Laju perkembangan zaman mengantarkan jenis jenis kesenian di atas menjadi suatu kesenian yang disebut seni benjang yang di dalamnya telah terdapat unsur tari yang di kemas dalam bentuk gerakan gerakan pencak silat. Seni benjang dapat juga disebut sebagai seni pertunjukan yang dalam perjalanan keberadaannya bertopang pada budaya islam. Terbukti pada saat kesenian benjang lahir rata rata masyarakat sudah menganut agama islam. Hingga saat ini kesenian benjang masih mempunyai peranan penting bagi masyarakat Ujungberung, hal ini terbukti dengan menyebar luas nya sanggar sanggar atau organisasi yang khusus mewadahi kesenian benjang.
B.Perkembangan Seni Benjang di Ujungberung
Kesenian benjang ini dari zaman ke zaman memiliki beberapa pengembangan diantaranya yaitu seni benjang gulat atau gelut yang lahir pada tahun 1923-an, seni benjang helaran pada tahun 1938 dan seni topeng benjang pada tahun 1940-an  
•Benjang Gulat Ujungberung




Sumber: Ace suryaman
Benjang gulat adalah suatu seni bela diri tradisional yang memiliki ciri khas unik dibanding yang lainnya. Berbeda dengan pencak silat yang pertarungannya saling berjauhan, dalam benjang para pemain diharuskan merapat seperti dalam gulat. Benjang biasanya diadakan saat malam hari di tanah yang lapang atau juga halaman rumah. Seperti bela diri lainnya, benjang pun memiliki teknik-teknik dalam gerakannya. Ada teknik dengkek (menjepit leher), teknik ngangkat (mengangkat orang), dan teknik beulit (membelit kaki lawan dengan kaki kita). Teknik beulit sendiri ada 3 macam, yaitu beulit dalam, beulit luar dan beulit samping. Berbagai teknik kuncian ini tergolong sebagai teknik kuncian yang mematikan dalam seni bela diri. Untuk mengikuti gulat benjang ini harus memiliki keberanian dan kesanggupan menghadapi lawan dalam bertanding. Si pemenang akan menari atau ngibing sambil menunggu lawan berikutnya.
Seni benjang gulat ini mempunyai beberapa nilai penting karena didalamnya terdapat aspek bela diri, aspek olahraga dan aspek seni karena permainan ini diiringi oleh musik pengiring terdiri dari kendang, kecrek, terebangan, tarompet, goong dan bedug.






Sumber: Linggabuana 2018


•Benjang Helaran Ujungberung








Sumber : Anto Sumiarto







 
Sumber: Anto Sumiarto

Antusias masyarakat terhadap seni benjang gulat pada saat itu dimanfaatkan oleh beberapa seniman benjang yang mulai berfikir bahwa seni benjang memerlukan pembaharuan, terutama dari segi pertunjukan agar tidak terasa menoton. Salah satu tokoh yang mengembangkan seni benjang ini adalah Al Wasim dari kampung Ciwaru. Para pelaku seni benjang helaran berkeliling kampung, berjalan kaki sambil menyampaikan informasi pertunjukan tersebut melalui pengeras suara. Dalam menelusuri kampung atau sering disebut dengan arak arakan yang diiringi dengan musik waditra yang hampir sama dengan gulat benjang. Di dalam arak arakan benjang helaran terdiri dari malim yang berfungsi sebagai pawang benjang, kuda lumping, kepang, seseoran, bangbarongan, nayaga dan sinden.
•Topeng Benjang Ujungberung





Sumber: Anto Sumiarto







Sumber: Neng Maya

Kemunculan seni topeng dalam benjang diperkirakan pada tahun 1940-an yang pada awalnya ditampilkan sebagai pengisi kekosongan waktu setelah seni benjang helaran berakhir pada sore hari, sementara seni benjang gulat akan di pagelarkan pada malam hari. Maka dari itu seni tari topeng benjang hadir sebagai jembatan dari seni benjang helaran dan seni benjang gulat. Tari topeng dalam pertunjukan benjang helaran ini merupakan salah satu bentuk tarian yang dipertunjukan untuk hiburan dengan menggunakan properti topeng dengan berbagai karakter yang diambil dari tokoh tokoh wayang golek dengan menggunakan musik pengiring benjang. Dalam koreografi tari topeng benjang ini hampir menyerupai gerak gerak beladiri seperti gerakan yang terdapat pada pencak silat. Tari topeng benjang tumbuh dan berkembang di berbagai kelompok seni benjang dan keadaan seperti ini memberikan ruang yang cukup luas untuk masing masing kelompok seni benjang di berbagai wilayah Ujungberung untuk mengembangkan gerak tariannya agar semakin menarik dan mampu menjadi ciri khas yang berbeda dari kelompok yang lainnya. Hal inilah yang kemudian sampai saat ini diturunkan kepada para generasi penerusnya sehingga tidak adanya kesamaan gerak yang sama persis antara kelompok satu dengan lainnya.
Pertunjukan seni benjang menjadi satu kesatuan yang terdiri dari seni benjang helaran, yang kemudian dilanjutkan dengan seni topeng benjang dan diakhiri dengan seni benjang gulat, hingga kesenian ini  sampai dilakukan selama 24 jam.

C.Fungsi Kesenian Benjang
•Fungsi Ritual
Di awal perkembangan seni benjang yang berakal dari seni terbangan memang digunakan untuk acara acara yang bersifat religius. Kemudian bergeser menjadi seni yang dimainkan pada saat panen. Setelah pertengahan tahun 1920-an, saat seni benjang sudah terbentuk menjadi seni yang mandiri maka kegiatan ritual menjadi lebih sederhana berupa acara nyuguh menggunakan sesajen sebelum acara dimulai dan diakhiri dengan lagu kidung.
•Fungsi Hiburan dan Selamatan
Pada pertengahan tahun 1920-an bentuk seni benjang menjadi bentuk ilmu beladiri karena terpengaruh oleh olahraga wressteleun (gulat hindia belanda) kemudian orang menyebutnya seni benjang gulat. Sering dimainkan dan sering dipagelarkan. Penomena tersebut menjadikan seni benjang tidak lagi memiliki fungsi religius seperti pada awal perkembangannya. Tetapi sudah menjadi sarana hiburan. Bahkan pada tahun 1938 para seniman ronggeng doger dan ubrug mengembangkan seni benjang menjadi seni arak arakan.
•Fungsi Komersial
Mendekati pertengahan tahun 1950-an suhu politik semakin memanas tinggi mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Dari kondisi tersebut mengakibatkan lahirnya beberapa grup benjang baru. Namun perubahan sosial yang tinggi tidak dibarengi dengan naiknya perekonomian rakyat secara signifikan. Mengakibatkan kesenjangan sosial di tengah masyarakat yang berimbas terjadinya persaingan di antara grup benjang yang ada. Para penggiat seni yang tergabung dalam grup tersebut sebagian besar mencari nafkah bersama dengan grup nya. Kondisi seperti itu mengakibatkan seni menjadi barang komoditas dagangan yang diharapkan menjadi penopang kehidupan sehari hari sang seniman.
Penulis : Jaka Kusumah
Nim 18123022

Sumber :Skripsi dadang Hendra 2012, Winda handayani 2013

Tidak ada komentar: