Kesenian
Benjang
A.Sejarah
Kesenian Benjang
Seni benjang merupakan perkembangan seni
terbangan yang dikenal oleh masyarakat Ujungberung pada tahun 1898-an. Bahkan
salah satu tokoh kesenian benjang Abah Asep Bajir (pimpinan group Panca Komara)
menyatakan bahwa kesenian benjang itu sudah dikenal oleh masyarakat Ujungberung
pada abad ke 19. Kesenian ini kemudian tumbuh berkembang pada masyarakat
tradisional agraris yang religius. Kemudian seni terbangan ini berkembang menjadi
seni dogong yaitu permainan adu ketangkasan yang dilakukan dengan menggunakan
alat bantu yang biasa di pakai sebagai penumbuk padi atau masyarakat sunda
menyebutnya halu. Seni dogong ini mengalami perubahan sebutan menjadi seni
seredan.
Laju
perkembangan zaman mengantarkan jenis jenis kesenian di atas menjadi suatu kesenian
yang disebut seni benjang yang di dalamnya telah terdapat unsur tari yang di
kemas dalam bentuk gerakan gerakan pencak silat. Seni benjang dapat juga
disebut sebagai seni pertunjukan yang dalam perjalanan keberadaannya bertopang
pada budaya islam. Terbukti pada saat kesenian benjang lahir rata rata masyarakat
sudah menganut agama islam. Hingga saat ini kesenian benjang masih mempunyai
peranan penting bagi masyarakat Ujungberung, hal ini terbukti dengan menyebar
luas nya sanggar sanggar atau organisasi yang khusus mewadahi kesenian benjang.
B.Perkembangan
Seni Benjang di Ujungberung
Kesenian
benjang ini dari zaman ke zaman memiliki beberapa pengembangan diantaranya yaitu
seni benjang gulat atau gelut yang lahir pada tahun 1923-an, seni benjang
helaran pada tahun 1938 dan seni topeng benjang pada tahun 1940-an
•Benjang
Gulat Ujungberung
Sumber: Ace suryaman
Benjang
gulat adalah suatu seni bela diri tradisional yang memiliki ciri khas unik dibanding
yang lainnya. Berbeda dengan pencak silat yang pertarungannya saling berjauhan,
dalam benjang para pemain diharuskan merapat seperti dalam gulat. Benjang biasanya
diadakan saat malam hari di tanah yang lapang atau juga halaman rumah. Seperti bela
diri lainnya, benjang pun memiliki teknik-teknik dalam gerakannya. Ada teknik dengkek
(menjepit leher), teknik ngangkat (mengangkat orang), dan teknik beulit (membelit
kaki lawan dengan kaki kita). Teknik beulit sendiri ada 3 macam, yaitu beulit dalam,
beulit luar dan beulit samping. Berbagai teknik kuncian ini tergolong sebagai teknik
kuncian yang mematikan dalam seni bela diri. Untuk mengikuti gulat benjang ini
harus memiliki keberanian dan kesanggupan menghadapi lawan dalam bertanding. Si
pemenang akan menari atau ngibing sambil menunggu lawan berikutnya.
Seni
benjang gulat ini mempunyai beberapa nilai penting karena didalamnya terdapat
aspek bela diri, aspek olahraga dan aspek seni karena permainan ini diiringi
oleh musik pengiring terdiri dari kendang, kecrek, terebangan, tarompet, goong dan
bedug.
Sumber: Linggabuana 2018
•Benjang
Helaran Ujungberung
Sumber : Anto Sumiarto
Sumber: Anto Sumiarto
Antusias
masyarakat terhadap seni benjang gulat pada saat itu dimanfaatkan oleh beberapa
seniman benjang yang mulai berfikir bahwa seni benjang memerlukan pembaharuan,
terutama dari segi pertunjukan agar tidak terasa menoton. Salah satu tokoh yang
mengembangkan seni benjang ini adalah Al Wasim dari kampung Ciwaru. Para pelaku
seni benjang helaran berkeliling kampung, berjalan kaki sambil menyampaikan informasi
pertunjukan tersebut melalui pengeras suara. Dalam menelusuri kampung atau
sering disebut dengan arak arakan yang diiringi dengan musik waditra yang
hampir sama dengan gulat benjang. Di dalam arak arakan benjang helaran terdiri
dari malim yang berfungsi sebagai pawang benjang, kuda lumping, kepang,
seseoran, bangbarongan, nayaga dan sinden.
•Topeng
Benjang Ujungberung
Sumber: Anto Sumiarto
Sumber: Neng Maya
Kemunculan
seni topeng dalam benjang diperkirakan pada tahun 1940-an yang pada awalnya ditampilkan
sebagai pengisi kekosongan waktu setelah seni benjang helaran berakhir pada
sore hari, sementara seni benjang gulat akan di pagelarkan pada malam hari.
Maka dari itu seni tari topeng benjang hadir sebagai jembatan dari seni benjang
helaran dan seni benjang gulat. Tari topeng dalam pertunjukan benjang helaran ini
merupakan salah satu bentuk tarian yang dipertunjukan untuk hiburan dengan
menggunakan properti topeng dengan berbagai karakter yang diambil dari tokoh
tokoh wayang golek dengan menggunakan musik pengiring benjang. Dalam koreografi
tari topeng benjang ini hampir menyerupai gerak gerak beladiri seperti gerakan
yang terdapat pada pencak silat. Tari topeng benjang tumbuh dan berkembang di
berbagai kelompok seni benjang dan keadaan seperti ini memberikan ruang yang
cukup luas untuk masing masing kelompok seni benjang di berbagai wilayah
Ujungberung untuk mengembangkan gerak tariannya agar semakin menarik dan mampu
menjadi ciri khas yang berbeda dari kelompok yang lainnya. Hal inilah yang
kemudian sampai saat ini diturunkan kepada para generasi penerusnya sehingga
tidak adanya kesamaan gerak yang sama persis antara kelompok satu dengan
lainnya.
Pertunjukan
seni benjang menjadi satu kesatuan yang terdiri dari seni benjang helaran, yang
kemudian dilanjutkan dengan seni topeng benjang dan diakhiri dengan seni benjang
gulat, hingga kesenian ini sampai
dilakukan selama 24 jam.
C.Fungsi
Kesenian Benjang
•Fungsi Ritual
Di awal perkembangan seni benjang
yang berakal dari seni terbangan memang digunakan untuk acara acara yang bersifat
religius. Kemudian bergeser menjadi seni yang dimainkan pada saat panen. Setelah
pertengahan tahun 1920-an, saat seni benjang sudah terbentuk menjadi seni yang
mandiri maka kegiatan ritual menjadi lebih sederhana berupa acara nyuguh
menggunakan sesajen sebelum acara dimulai dan diakhiri dengan lagu kidung.
•Fungsi Hiburan dan Selamatan
Pada pertengahan tahun 1920-an
bentuk seni benjang menjadi bentuk ilmu beladiri karena terpengaruh oleh
olahraga wressteleun (gulat hindia belanda) kemudian orang menyebutnya seni
benjang gulat. Sering dimainkan dan sering dipagelarkan. Penomena tersebut
menjadikan seni benjang tidak lagi memiliki fungsi religius seperti pada awal
perkembangannya. Tetapi sudah menjadi sarana hiburan. Bahkan pada tahun 1938
para seniman ronggeng doger dan ubrug mengembangkan seni benjang menjadi seni
arak arakan.
•Fungsi Komersial
Mendekati pertengahan tahun
1950-an suhu politik semakin memanas tinggi mengakibatkan terjadinya perubahan
sosial. Dari kondisi tersebut mengakibatkan lahirnya beberapa grup benjang
baru. Namun perubahan sosial yang tinggi tidak dibarengi dengan naiknya
perekonomian rakyat secara signifikan. Mengakibatkan kesenjangan sosial di tengah
masyarakat yang berimbas terjadinya persaingan di antara grup benjang yang ada.
Para penggiat seni yang tergabung dalam grup tersebut sebagian besar mencari nafkah
bersama dengan grup nya. Kondisi seperti itu mengakibatkan seni menjadi barang
komoditas dagangan yang diharapkan menjadi penopang kehidupan sehari hari sang
seniman.
Penulis
: Jaka Kusumah
Nim 18123022
Sumber :Skripsi
dadang Hendra 2012, Winda handayani 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar