Kesenian Jaipongan
Istilah
Jaipongan berasal dari cengah.Cengah yaitu suara yang dikeluarkan
para pengrawit sebagai respon terhadap suara kendang untuk memperkaya warna
musik Kliningan Karawang (kurniati,1955:6).Jaipong ditimbulkan dari suara
kendang,jakinem dari suara kenong,dan jakinom dari suara goong
kecil atau kempul.Akhirnya Gugum Gumbira memilih kata jaipong,sebab dari
suara kendang itulah energitik muncul.
Ketika
jaipong mencuat kepermukaan,setelah dipergunakan oleh Gugum Gumbira untuk
memberi nama karya tarinya,tiba tiba banyak orang yang mengaku.Namun demikian
protes-protes itu tidak berarti dimata Gugum maupun masyarakat banyak,karena
Gugum Gumbiralah yang mempopulerkan jaipongan.Hal ini dipahami bahwa bila dasar
penciptaan seni itu komunal,maka pasti saling mengklain.
Gugum
akhirnya memutuskan memilih kata jaipongan untuk memberi nama karya pertamanya
yang disebut”Ketuk Tilu Perkembangan”.Dalam konteks ini,jaipongan tidak
memilliki arti apa-apa.Namun ada pula yang dikemudian hari yang memberi pengertian
tentang jaipong dengan konotasi yang kurang baik.Biasanya kata-kata itu keluar
dari ungkapan para nayaga yang sedang berkelakar(bercanda)terutama ditunjukan
kepada perempuan.Jaipong berasal dari kata jipong,seperti ungkapan ini”awas
siah dijipong geura”(awas nanti dijipong)jipong dalam konteks ini
berarti”disetubuhi”(Gugum,wawancara,Bandung,10 Juni 2011).Akan
tetapi,sebenarnya Gugum sama sekali menamakan tariannya bukan berorientasi
pengertian tersebut,karena tafsiran pengertian jaipongan dengan konotasi
negatif itu muncul setelah jaipongan populer.Ada juga yang menyebutkan bahwa
jaipongan berasal dari kata ja dan jipong=da di jipong.Kata-kata
tersebut digunakan dalam kelakar sehari hari oleh anak-anak yang
bengal(nakal).Sambil berkata dijipong si pelaku ditepak pantatnya dengan gerak
cepat.Menurut Djamhur informasi ini didapatkan dari Dimyati Kepala Seksi
Kebudayaan Karawang tahun 1980-an (Djamhur,wawancara,Bandung,20 Desember
2011).Namun demikian,istilah jipong yang dikemukakan Djamhur tidak pernah ditemukan
oleh Gugum Gumbira sendiri.Lagi-lagi istilah ini tidak dijadikan sebagai titik
pijak pengambilan istilah jaipong untuk karya baru Gugum Gumbira.Gugum lebih
berorientasi pada tepakan kendang.
Istilah
jaipong baru dipergunakan pada tahun 1978,ketika Gugum Gumbira membuat karyanya
yang diberi nama Keser Bojong.Disatu sisi,sajian tersebut sontak menuai
protes dari berbagai kalangan masyarakat.Banyak yang menganggap bahwa dalam
Tari Keser Bojong terdapat unsur erotisme,terutama dengan mencuatnya unsur
3G(gitek,geol dan goyang.Reaksi masyarakat dari berbagai kalangan mengenai
sajian tari jaipongan sangat luar biasa.Sorotan tertuju pada masalah 3G dari
para penari wanita yang dicuatkan oleh pemberitaan mass media.Padahal 3G ini
bukan konsep yang ada dalam tari jaipongan,itu hanya asumsi para pemburu berita
untuk memunculkan beritanya agar laku dibaca.Disisi lain,jaipongan disambut
hangat oleh masyarakat terutama oleh masyarakat menengah ke bawah,masyarakat
sunda berbondong-bondong ingin mempelajarinya.
Menurut
Gugum Gumbira,mengatakan sebenarnya 3G dalam jaipongan itu tidak ada,yang ada
justru dalam ketuk tilu seperti keplok cendol,uyeg dan lain-lain.Gerakan
pinggul dalam jaipongan muncul secara alamiah yang diakibatkan dari teknik
gerakan kaki,kalaulah tampak bergoyang maksudnya tiada lain dari pernyataan
keluwesan seorang wanita (Gumbira dalam Suyudi,Pikiran Rakyat,18 Januari
1984,hlm.1).
Penulis
: Novia Nur Fitri
Nim
: 18123043
Sumber
: Skripsi Een Herdiani
Dokumentasi
: Jaka Kusumah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar