Genjring
Bonyok
Istilah genjring bonyok adalah berasal dari
kata “Genjring dan Bonyok”.Genjring merupakan sebuah waditra berkulit yang
memakai anting-anting yang terbuat dari besi atau perunggu sebagai penghias
seperti rebana.Sedangkan kata Bonyok menurut Deden,Sarja dan Edih A.S,memiliki
dua pengertian yaitu pertama,merupakan nama sebuah kampung yang terletak di
desa Pangsor,kecamatan Pangaden Kabupaten Subang,dan kedua kata bonyok sering
disebut pula oleh masyarakat Subang dengan sebutan “ronyok”,yang mengandung
pengertian berkerumun.Pengertian kedua ini,dapat ditelusuri dari adanya
kerumunan pihak penonton genjring bonyok,dan terjadinya jalinan musikal tepakan
genjring dengan pukulan bedug,serta alat musik lainnya.
Menurut penuturan Deden,Edih A.S., dan
Sarja,kesenian genjring bonyok telah diwarisi masyarakat Subang,awalnya
diciptakan sekitar tahun 1960-an di kampung Bunut,desa Pangsor kecamatan
Pangaden kabupaten Subang.Namun mayarakat Subang sebelum menciptakan kesenian
genjring bonyok,terlebih dahulu mengenal kesenian yang hampir sejenis
menggunakan alat musik genjring dan bedug,yang merupakan sarana hiburan pada
acara pernikahan dan acara khitanan,yaitu kesenian tanjidor,adem ayem,genjring
rudat,gembyung.Demikian pula dituturkan oleh Edih A.S., bahwa yang melatar belakangi
lahirnya kesenian Genjring Bonyok yaitu dari kesenian tanjidor,yakni pada tahun
1960.Tetapi setelah beberapa personil tanjidor,khususnya pemain alat tiup
meninggal dunia (terombon dan seksofon),dan tanpa ada penggantinya maka pada
tahun 1968 peranan alat tiup ini diganti dengan alat tiup tarompet,yang biasa
pada masyarakat Subang digunakan pada kesenian Sisingaan dan kendang
penca.Dengan adanya penggantian alat musik ini,maka terciptalah penggantian
nama baru yaitu “Genjring Bonyok”.
Genjring Bonyok merupakan jenis kesenian
tradisional yang awalnya bersifat helaran,yaitu dipertunjukan dalam bentuk
arak-arakan mendampingi kesenian sisingaan untuk mengarak anak-anak sunat dalam
upacara khitan,pada siang hari atau sore hari.Namun pada perkembangannya sekarang,seni
genjring bonyok banyak digunakan pada acara-acara yang ditampilkan di atas
panggung seperti:penyambutan tamu,perayaan hari nasional,festival dan hiburan
lainnya.Genjring Bonyok adalah salah satu jenis seni karawitan sunda.Adapun
alat musiknya terdiri dari:3 buah genjring,1 buah bedug,kendang,1 buah
terompet,ketuk,kecrek,dan 2 buah goong terdiri dari kempul (goong kecil) dan
goong besar serta dilengkapi dengan seorang pesinden.Hal yang menarik dari
kesenian ini,secara musikal mempunyai ciri khas,terutama pada pola tabuhan
genjring dan bedug.
Bentuk penyajian genjring bonyok mengalami
perubahan sangat pesat.Baik perubahan pada materi sajian maupun yang
berhubungan dengan teknik penyajiannya.Penyajian genjring bonyok dalam acara
anak sunatan yaitu dinaikan keatas sisingaan,kemudian diarak mengeliling.Waktu
penyajiannya dimulai,biasa dilakukan setelah menampillkan tari-tarian dan
atraksi kesenian sisingaan,yang bertempat dihalaman rumah yang punya
hajat.Penonton pada saat itu berkumpul mengelilingi kelompok grup sisingaan
setelah selesai penmpilan atraksi sisingaan tersebut,maka dimulailah acara
mengarak dan sekaligus dimulai pula penampilan genjring bonyok,dengan diawali
lagu “gederan” sebagai musik pembuka,yang berfungsi sebagai media untuk menarik
perhatian penonton.Setelah usai penampilan lagu “gederan”,dilanjutkan dengan
acara arak-arakan.Hal yang menarik setelah menampilkan lagu pembuka
“gederan”penonton akhirnya teragi dua yaitu ada penonton yang senang ikut
menari di sisingaan da tertarik ikut menari di kesenian genjrig bonyok.Hal yang
menarik lain,yaitu kedua jenis kesenian ini dimainkan secara bersamaan dalam
tempat yang sama tanpa ada pembatas,amun kedua pemusik ataupun kedua pihak
penonton yang terlibat ikut menari,tampaknya tidak merasa terganggu,melainkan
asik dengan penyajian masing-masing.
Selesai menampilkan lagu pembuka,dilanjutkan
peampilan lagu-lagu untuk arak-arakan antara lain:lagu-lagu yang khusunya
menjadi ciri khas genjring bonyok seperti ,gotrok,kuntul biru,adem
ayem,torondol,kansreng,sintern,bentang lima,mapay roko,dan juga menampilkan lagu-lagu dari kesenian
ketuk tilu,jaipongan dan dangdut.
Penulis : Novia Nur Fitri
Nim : 18123043
Sumber : Skripsi Elsa Sukmini
Dokumentasi : Mochammad Viqie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar