Kabupaten
Garut memiliki banyak kesenian yang sebgaian besar masih hidup sampai saat ini,
salah satunya adalah kesenian Boboyongan Surak Ibra di Desa Cinunuk. Kesenian
ini terbentuk Karena terjadinya percampuran dua jenis kesenian masing-masing
dari Kecamatan Cibatu dan Kecamatan Wanaraja. Dari Kecamatan Kecamatan Cibatu
yaitu menurut sebuah sumber tercipta pada tahun 1990.
Boboyongan Surak Ibra adalah jenis kesenian
yang dalam penyajiannya serba ramai, dan gegap gempita serta para pelaku menari
sambil mengeluarkan suara senggak dan sorak sorai. Kesenian ini biasa dilakukan
oleh laki-laki dewasa yand, penari tabuh waditra, dan penari obor. Penari bodor
biasanya diangkat atau diboyong. Sebagai iringannya diambil dari seni reog,
alat musik yang digunakan terdiri dari empat buah angklung dan empat buah dog-dog.
Sedangkan pencak silat melahirkan alat musik kendang penca yang terdiri dari
kendang indung dan kendang anak, satu buah terompet dan satu buah kempul. Jadi
pertunjukan ini dapat dikatakan sebagai perpaduan antara pencak silat dengan
reog terlihat dari gerakan yang dikembangkan dan alat musik yang digunakan.
Pada tahun 1910 pakaian yang digunakan sangat sederhana yaitu memakai celana
pendek atau kolor dan menggunakan kaos oblong putih.
Menurut
tulisan “Riwayat Singkat Adanya Surak Ibra di Cinunuk” yang ditulis oleh Dadi
Ramdanu tahun 1979 (mantan ketua umum Badan Koordinasi Kesenian Nasional
Indonesia (BKKNI)) menyebutkan bahwa Boboyongan Surak Ibra mengandung arti
bayang-bayang atau bayangan, melukiskan keinginan masyarakat untuk menegakkan
kemerdekaan. Dengan makna rakyat banyak yang memperlihatkan persatuan dan
kesatuan dalam bergotong royong untuk
menegakkan kemerdekaan. Materi yang ditampilkan dalam Boboyongan hampir sama
dengan Surak Ibra hanya Boboyongan tidak diwarnai ilmu mistik. Gambaran pertunjukan
kesenian ini sebenarnya adalah mewujudkan citaa-cita masyarakat untuk
menegakkan kemerdekaan.
Dahulu
pertunjukan ini merupakan simbol terselubung dari masyarakat Wanaraja yang
ditunjukan kepada penjajah yang sering datang kedaerah tersebut. Hal ini
dilakukan agar mereka terlepas dari gangguan para penjajah. Kesenian ini
sebenarnya sudah ada seblum Indonesia Merdeka yang berfungsi sebagai sarana
penyambutan tamu-tamu penjajah yang datang kedaerah Cinunuk, yang bertujuan
untuk menyindir mereka yang telah berlaku sewenang-wenang terhadap masyarakat
sekitar. Kemudian setelah Indonesia merdeka tarian ini digunakan sebagai sarana
kegembiraan dan penyambutan tamu berhijrah kemakam Cinunuk. Tetapi saat ini
fungsi pertunjukan Boboyongan Surak Ibra telah berubah menjadi sebuah tontonan.
Terjadinya perubahan tersebut dapat dilihat dari even, seperti kegiatan
peringatan hari-hari besar nasional, helaran tarian rakyat, festival,
penyambutan pejabat dan lainnya yang tujuannya semata-mata hanya untuk
keperluan apresiasi.
Nama :
Asih Tri Lestari
NIM :
18123015
Sumber Foto : Kang Dharma
Sumber :
Skripsi Jauhar Kosim (Pertunjukan Boboyongan Surak Ibra di Desa Cinunuk
Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut) Perpustakaan ISBI Bandung