Sabtu, 01 Juni 2019

Kesenian Boboyongan Surak Ibra


Boboyongan Surak Ibra


Kabupaten Garut memiliki banyak kesenian yang sebgaian besar masih hidup sampai saat ini, salah satunya adalah kesenian Boboyongan Surak Ibra di Desa Cinunuk. Kesenian ini terbentuk Karena terjadinya percampuran dua jenis kesenian masing-masing dari Kecamatan Cibatu dan Kecamatan Wanaraja. Dari Kecamatan Kecamatan Cibatu yaitu menurut sebuah sumber tercipta pada tahun 1990.
 Boboyongan Surak Ibra adalah jenis kesenian yang dalam penyajiannya serba ramai, dan gegap gempita serta para pelaku menari sambil mengeluarkan suara senggak dan sorak sorai. Kesenian ini biasa dilakukan oleh laki-laki dewasa yand, penari tabuh waditra, dan penari obor. Penari bodor biasanya diangkat atau diboyong. Sebagai iringannya diambil dari seni reog, alat musik yang digunakan terdiri dari empat buah angklung dan empat buah dog-dog. Sedangkan pencak silat melahirkan alat musik kendang penca yang terdiri dari kendang indung dan kendang anak, satu buah terompet dan satu buah kempul. Jadi pertunjukan ini dapat dikatakan sebagai perpaduan antara pencak silat dengan reog terlihat dari gerakan yang dikembangkan dan alat musik yang digunakan. Pada tahun 1910 pakaian yang digunakan sangat sederhana yaitu memakai celana pendek atau kolor dan menggunakan kaos oblong putih.
Menurut tulisan “Riwayat Singkat Adanya Surak Ibra di Cinunuk” yang ditulis oleh Dadi Ramdanu tahun 1979 (mantan ketua umum Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI)) menyebutkan bahwa Boboyongan Surak Ibra mengandung arti bayang-bayang atau bayangan, melukiskan keinginan masyarakat untuk menegakkan kemerdekaan. Dengan makna rakyat banyak yang memperlihatkan persatuan dan kesatuan dalam bergotong royong  untuk menegakkan kemerdekaan. Materi yang ditampilkan dalam Boboyongan hampir sama dengan Surak Ibra hanya Boboyongan tidak diwarnai ilmu mistik. Gambaran pertunjukan kesenian ini sebenarnya adalah mewujudkan citaa-cita masyarakat untuk menegakkan kemerdekaan.
Dahulu pertunjukan ini merupakan simbol terselubung dari masyarakat Wanaraja yang ditunjukan kepada penjajah yang sering datang kedaerah tersebut. Hal ini dilakukan agar mereka terlepas dari gangguan para penjajah. Kesenian ini sebenarnya sudah ada seblum Indonesia Merdeka yang berfungsi sebagai sarana penyambutan tamu-tamu penjajah yang datang kedaerah Cinunuk, yang bertujuan untuk menyindir mereka yang telah berlaku sewenang-wenang terhadap masyarakat sekitar. Kemudian setelah Indonesia merdeka tarian ini digunakan sebagai sarana kegembiraan dan penyambutan tamu berhijrah kemakam Cinunuk. Tetapi saat ini fungsi pertunjukan Boboyongan Surak Ibra telah berubah menjadi sebuah tontonan. Terjadinya perubahan tersebut dapat dilihat dari even, seperti kegiatan peringatan hari-hari besar nasional, helaran tarian rakyat, festival, penyambutan pejabat dan lainnya yang tujuannya semata-mata hanya untuk keperluan apresiasi.

Nama               : Asih Tri Lestari
NIM                : 18123015
Sumber Foto : Kang Dharma
Sumber            : Skripsi Jauhar Kosim (Pertunjukan Boboyongan Surak Ibra di Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut) Perpustakaan ISBI Bandung

Tidak ada komentar: