Minggu, 28 April 2019

Kesenian Reak



             Kesenian yang sangat hidup dan berkembang di masyarakat. Kesenian ini terlahir melalui adanya proses budaya dan tentu perjalanan nya sangat panjang, konon katanya kesenian reak sudad ada di tahun 40-an yang terjadi secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.


Picture By @kacapaesan

Asal Usul Perkembangan Kesenian Reak

             Seni reak pawal mulanya terlahir di suatu daerah yang biasa desebut dengan kota udang yaitu kota cirebon, yang kemudian berkembang dan menyebar ke kota sumedang. Di kabupaten sumedang, kesenian reak ini berkembang tepatnya disuatu daerah yaitu Rancakalong dan Tanjunsgsari. Dilihat awal lahirnya kesenia reak ini, sangat jelas kesenian reak ini, sangat jelas bahwa kesenian reak bukan asli kesenian dari daerah  Cileunyi. Adapun seni reak yang sampai ke cileunyi. Pada awalnya dibawa oleh sekelompok pedagang-pedagang dari kabupaten Sumedang sekitar tahun 1958.

             Telah diungkapkan oleh salah seorang tokoh nya kesenian reak, abah Enjum, pada awalnya kesenia reak terlahir di kota Cirebon dan menyebar luas ke kota Sumedang dan selanjutnya di bawa ke daerah bandung timur diantaranya : Cileunyi, Rancaekek, Cicalengka, Cibiru hingga ujung berung.

             Seperti kita ketahui dalam agama islam bahwa laki laki wajib hukumnya untuk di khitan (sunat) namun, pelaksanaan khitanan bagi anak-anak ini mendapat kenadala karena si anak seringkali ketakutan ketika akan di sunat. Oleh karena itu para sesepuh sumedang berpikir bagaimana caranya si anak tersebut tidak takut di sunat, maka diciptakanlah suatu jenis kesenian yaitu kesenian reak.

             Sebagaimana telah diungkapkan oleh Deliman (2012:19) bahwa Islam datang ke Indonesia sekitar abad ke-12 pengaruh islam sangat jelas di Indonesia pada abad ke-13. Dengan adanya penjelasan tersebut bahwa pernyataan reak tersebar luas pada abad ke-12 yang di sebarkan oleh salah seorang yaitu Prabu Kian Santang adalah tepat sekali. Berkaitan  dengan sejarah perlu adanya analisis khusus tentang kesejarahanya masuknya islam ke Indonesia khusunya ke tanah pasundan.

             Pertunjukan reak pada awalnya perkembanganya identik dengan tingkah laku yang tidak patut dicontoh, yang dianggap oleh masyarakat setempat mengnggu dan merusak lingkungan sekitar. Padal itu hanya sebagian oknum rpemain, sehingga kesenian reak dianggap buruk di mata masyarakat. Akan tetapi pemahaman yang di berikan melalui diskusi bahwa sebenarnya kesnian reak memiliki simbol dan makna yang terkandung pada jalan kebaikan.


Picture By @kacapaesan

Penyebaran Kesenian Reak

             Pada awalnya kesenian reak berada di desa Cinunuk pada tahun 1940. Kesenian ini disebar luaskan oleh sesepuh yang cukup terkenal pada masanya, yaitu Abah Juarta dan Abah Wirahma. Abah juarta mengemangkan kesenian reak di wilayah barat dari dea Cinunuk, sedangkan Abah Wirahma mengembangkan ke sebelah timur dari dea Cinunuk.

Fungsi Kesenian Reak

             Pada daarnya setiap pertunjukan seni pasti mempuyai fungsi dan kebutuhan pendukung dari masyarakat sekitar. Sebagaimana diungkapkan oleh koentjaraningrat (1984:29) bahwa fungsi merupakan suatu yang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan suatu masyarakat, dimana keberadaan dari suatu tersebut mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial.

             Merriam (1964:227) seorang etnomusikolog, dalam bukunya “The anhropology of music” mengungkapkan bahwa budaya berfungsi apabila memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu. Berkaitan dengan kesenian reak di desa Cinunuk, tentu saja kesenian tersebut mempunyai beberapa fungsi yang dapat memenuhi keutuhan bagi masyarakat pendukungnya.


Picture By @kacapaesan

Perkembangan Reak Dari Zaman Ke Zaman

A. Reak Sebagai Seni Tradisi
  • Tradisi adalah produk manusia yang bisa diterima, ditolak, atau diubah.
  • Harus ada pemahaman yang tinggi paa tradisi dalam proses kreatif.
  • Tradisi menjadi sumber insfiratif seniman untuk karyanya.
B. Reak Sebagai Kesenian Yang Tumbuh Dan Berkembang Di Masyarakat
  • Sampai saat ini masih dinikmati dikalangan terbatas.
  • Terbelenggu fanatisme daerah.
  • Harus tersedianya secara maksimal dukungan sarana dan media budayanya.
C. Pemberdayaan Kesenian Reak
  • Harus terus diapresiasi oleh masyarakat dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
  • Harus terus dikenal oleh masyarakat dan survei sehingga memilliki daya jual.
  • Harus mengoptimalkan simpul-simpul budaya yang memiliki ruang berekspresi para seniman.

Penulis  : Muhammad Fariq
Nim      : 18123033
Sumber : Hendi Rohendi, M.Sn., Dan Anto Sumiarto (Disampaikan Pada Acara Forum Grup Diskusi (FGD) Seni Reak Kota Bandung)

English Text


Reak Art

             Art that is very alive and developing in the community. This art was born through a cultural process and the journey was very long, it is said that the art of war was in the 40s that happened to the next generation.

The Origin of the Development of Reak Art

             The art of fury was originally born in an area usually called the town of shrimp, namely the city of Cirebon, which then developed and spread to the city of Sumedang. In Sumedang district, this revival art developed in an area namely Rancakalong and Tanjunsgsari. Viewed from the beginning of the birth of this region, it is very clear the art of this reaction, it is very clear that the art is not original art from the Cileunyi area. As for the art of reak that reached Cileunyi. Initially brought by a group of traders from Sumedang district around 1958.

             It has been revealed by one of his prominent figures in the art of reak, Abah Enjum, at the beginning the kesenia was born in the city of Cirebon and spread to the city of Sumedang and subsequently brought to the east of Bandung including Cileunyi, Rancaekek, Cicalengka, Cibiru to the end of the berung.

             As we know in Islamic religion that men are obliged to circumcise (circumcision), however, the implementation of circumcision for these children gets an error because the child is often frightened when going to circumcision. Therefore the elders were thinking about how the child was not afraid of circumcision, so a type of art was created, namely reak art.

             As Deliman (2012: 19) has revealed that Islam came to Indonesia around the 12th century the influence of Islam was very clear in Indonesia in the 13th century. With this explanation, the widespread statement in the 12th century that was spread by one person, Prabu Kian Santang, was very precise. In connection with history, it is necessary to have a special analysis of the history of the entry of Islam into Indonesia, especially to the land of the past.

             The performance at the beginning of its development was synonymous with exemplary behavior, which was considered by the local community to protect and destroy the surrounding environment. This is only a part of the players, so that art is considered bad in the eyes of the public. However, the understanding given through discussion is that actually the reality of the reaction has symbols and meanings contained in the path of goodness.

Spread of Reak Arts

             At first the art of reak was in the village of Cinunuk in 1940. This art was spread by quite famous elders of his time, namely Abah Juarta and Abah Wirahma. Abah juarta developed reak art in the western region of dea Cinunuk, while Abah Wirahma developed to the east from dea Cinunuk.

Function of Reak Art

             On the basis of each performance the arts must have the functions and needs of the supporters of the surrounding community. As expressed by koentjaraningrat (1984: 29) that function is something that can be useful and useful for the life of a society, where the existence of such a meaning in social life.

             Merriam (1964: 227) an ethnomusicologist, in his book "The Anthropology of music" reveals that culture functions if it meets certain needs or goals. In connection with the art of reak in the village of Cinunuk, of course the art has several functions that can fulfill the integrity of the supporting community.

The Development Of Reak Art

A. Reak as a Tradition Art
  • Tradition is a human product that can be accepted, rejected, or changed.
  • There must be a high understanding of tradition in the creative process.
  • Tradition is an insfirative source of artists for his work.
B. Reak as an art that grows and develops in society
  • Until now it is still enjoyed in limited circles.
  • Shackled regional fanaticism.
  • Maximum availability of facilities and cultural media must be available.
C. Empowerment of Reak Arts
  • It must continue to be appreciated by the community and adapted to the times.
  • Must continue to be known by the public and surveys so that they have selling power.
  • Must optimize cultural nodes that have the expression space of the artists.
Author : Muhammad Fariq
Nim     : 18123033
Source : Hendi Rohendi, M.Sn., and Anto Sumiarto (Presented at the Reak Art Discussion Group (FGD) Forum in Bandung)


Tidak ada komentar: