Kesenian Gembyung
Perkembangan
seni Gembyung Gunung Jati awalnya merupakan kesenian yang digunakan sebagai
media penyebaran agama islam,pada saat pertama kali islam masuk ke daerah
Cirebon.Secara garis besar pertunjukan gembyung di Cirebon berpangkal pada seni
Brahi dan Terbang yang memuat pertunjukan berupa
nyanyian-nyanyian dan pujian dari kitab Barjanji dengan iringan musik Membranofon.Dari
brahi inilah kemudian berkembang menjadi dan setelah mengalami modifikasi baik
alat maupun lagu-lagunya kemudian menjadi Gembyung.Jenis kesenian seperti
terbang,brahi dan gembyung pada dasarnya sama hanya terdapat perbedaan sedikit
dari segi waditranya.Gembyung pada awalnya berfungsi sebagai sarana penyebaran
agama islam,namun setelah masyarakat Cirebon sudah banyak yang memeluk agama
islam , dalam perkembangan selanjutnya gembyung banyak dipergunakan dalam
acara-acara adat yang ada kaitannya dengan daur hidup seperti memitu ( nujuh
bulan ),puputan ( nama bayi ),mudun lemah ( turun tanah ),khitanan,dan
pernikahan.Selain itu juga sering digunakan dalam kegiatan sosial lainnya
seperti memperingati hari jadi kota Cirebon,penyambutan kenegaraan dan
sebagainya.
Pada awalnya pertunjukan gembyung
diiringi tarian,tarian yang dimaksud adalah tarian sederhana mirip rudat
terdiri dari tepuk tangan,goyang-goyang badan dan kepala serta diiringi dengan
lawakan(komedi).Namun seiring berjalannya waktu maka pertunjukan semacam ini
sudah tidak ditemukan lagi.Walaupun Gembyung Gunung Jati mengalami perubahan
dalam bentuk pertunjukannya,namun pengaruhnya tidak begitu besar terharap
bentuk pertunjukan lainnya.Dengan kata lain dalam setiap pertunjukannya tetap
tidak meninggalkan atau mengubah tradisi yang sudah ada sebelumnya.
Pemain gembyung termasuk nayaga dan
vokalis berjumlah 15 orang.5 orang sebagai nayaga dan sisanya sebagai pembawa
lagu.Antara keduanya menjalin satu kesatuan yang utuh,saling membutuhkan satu
sama lain dalam menghasilkan irama yang harmonis.Unsur yang tidak kalah
pentingnya dari pertunjukan gembyung adalah busana dan kostum.Yang dimaksud
dengan busana disini yaitu pakaian yang dikenakan oleh para pemain gembyung
baik pangrawit maupun pembawa lagu.
Syair lagu/lirik pada gembyung di
Cirebon pada umumnya berisi tentang sholawatan yang bersumber dari kitab
barjanji dan menggunakan bahasa arab dan bahasa cirebon.Namun syair bahasa
Cirebon tersebut bukan berarti terjemahan dari bahasa Arab,lagu lagunyapun
sudah campuran dan biasanya syair dalam lagu-lagu kreasi menggunakan bahasa
Cirebon.Walaupun dinamakan lagu kreasi,bukan berartilagu tersebut bersifat
modern melainkan didalamnya tetap mengandung/tidak meninggalkan nuansa tradisi.
Secara teknis pertunjukan gembyung
tidak terpaku oleh keadaan tempat.Artinya kesenian ini dapat dipentaskan dimana
saja,baik diatas panggung maupun dalam ruangan dan atau luar ruangan juga dapat
dipentaskan dalam bentuk helaran.Waktunyapun tidak terikat,bisa dipertunjukann
pagi,siang ,sore bahkan bisa malam hari.Begitupun juga lamanya pertunjukan
tidak memiliki ukuran waktu yang baku dalam arti lama tidaknya pertunjukan
tergantung kepada kebutuhan.Jalannya pertunjukan gembyung diawali dengan
masuknya para penabuh atau pangrawit sambil membawa alat musiknya masing-masing
diikuti oleh para pembawa lagu.Keduanya langsung mengambil sikap duduk bersila
dalam posisi leter U,A atau setengan lingkaran sesuai dengan keadaan tempat.
Penulis : Novia Nur Fitri
Nim : 18123042
Sumber : Novi Kusdianto
Dokumentasi : Muhammad Viqie
3 komentar:
Makasih infonya min
Semaaangart
ditunggu info kesenian lainnya min
Posting Komentar