Sabtu, 27 April 2019

Kesenian Gembyung


           Kesenian Gembyung



Perkembangan seni Gembyung Gunung Jati awalnya merupakan kesenian yang digunakan sebagai media penyebaran agama islam,pada saat pertama kali islam masuk ke daerah Cirebon.Secara garis besar pertunjukan gembyung di Cirebon berpangkal pada seni Brahi dan Terbang yang memuat pertunjukan berupa nyanyian-nyanyian dan pujian dari kitab Barjanji dengan iringan musik Membranofon.Dari brahi inilah kemudian berkembang menjadi dan setelah mengalami modifikasi baik alat maupun lagu-lagunya kemudian menjadi Gembyung.Jenis kesenian seperti terbang,brahi dan gembyung pada dasarnya sama hanya terdapat perbedaan sedikit dari segi waditranya.Gembyung pada awalnya berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam,namun setelah masyarakat Cirebon sudah banyak yang memeluk agama islam , dalam perkembangan selanjutnya gembyung banyak dipergunakan dalam acara-acara adat yang ada kaitannya dengan daur hidup seperti memitu ( nujuh bulan ),puputan ( nama bayi ),mudun lemah ( turun tanah ),khitanan,dan pernikahan.Selain itu juga sering digunakan dalam kegiatan sosial lainnya seperti memperingati hari jadi kota Cirebon,penyambutan kenegaraan dan sebagainya.
            Pada awalnya pertunjukan gembyung diiringi tarian,tarian yang dimaksud adalah tarian sederhana mirip rudat terdiri dari tepuk tangan,goyang-goyang badan dan kepala serta diiringi dengan lawakan(komedi).Namun seiring berjalannya waktu maka pertunjukan semacam ini sudah tidak ditemukan lagi.Walaupun Gembyung Gunung Jati mengalami perubahan dalam bentuk pertunjukannya,namun pengaruhnya tidak begitu besar terharap bentuk pertunjukan lainnya.Dengan kata lain dalam setiap pertunjukannya tetap tidak meninggalkan atau mengubah tradisi yang sudah ada sebelumnya.
            Pemain gembyung termasuk nayaga dan vokalis berjumlah 15 orang.5 orang sebagai nayaga dan sisanya sebagai pembawa lagu.Antara keduanya menjalin satu kesatuan yang utuh,saling membutuhkan satu sama lain dalam menghasilkan irama yang harmonis.Unsur yang tidak kalah pentingnya dari pertunjukan gembyung adalah busana dan kostum.Yang dimaksud dengan busana disini yaitu pakaian yang dikenakan oleh para pemain gembyung baik pangrawit maupun pembawa lagu.
            Syair lagu/lirik pada gembyung di Cirebon pada umumnya berisi tentang sholawatan yang bersumber dari kitab barjanji dan menggunakan bahasa arab dan bahasa cirebon.Namun syair bahasa Cirebon tersebut bukan berarti terjemahan dari bahasa Arab,lagu lagunyapun sudah campuran dan biasanya syair dalam lagu-lagu kreasi menggunakan bahasa Cirebon.Walaupun dinamakan lagu kreasi,bukan berartilagu tersebut bersifat modern melainkan didalamnya tetap mengandung/tidak meninggalkan nuansa tradisi.
            Secara teknis pertunjukan gembyung tidak terpaku oleh keadaan tempat.Artinya kesenian ini dapat dipentaskan dimana saja,baik diatas panggung maupun dalam ruangan dan atau luar ruangan juga dapat dipentaskan dalam bentuk helaran.Waktunyapun tidak terikat,bisa dipertunjukann pagi,siang ,sore bahkan bisa malam hari.Begitupun juga lamanya pertunjukan tidak memiliki ukuran waktu yang baku dalam arti lama tidaknya pertunjukan tergantung kepada kebutuhan.Jalannya pertunjukan gembyung diawali dengan masuknya para penabuh atau pangrawit sambil membawa alat musiknya masing-masing diikuti oleh para pembawa lagu.Keduanya langsung mengambil sikap duduk bersila dalam posisi leter U,A atau setengan lingkaran sesuai dengan keadaan tempat.

Penulis : Novia Nur Fitri
Nim : 18123042
Sumber : Novi Kusdianto
Dokumentasi : Muhammad Viqie

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Makasih infonya min

Unknown mengatakan...

Semaaangart

restu mengatakan...

ditunggu info kesenian lainnya min